Senin, 05 Oktober 2009

Starting Economics Development: The Big Push

ini ada model dari pelajaran ekonomika pembangunan..
namanya Big Push Model.. namanya begitu karena, teori ini menjelaskan suatu keadaan perekonomian yang membutuhkan dorongan besar (big push) dari pemerintah agar dapat mencapai keseimbangan yang lebih baik..


selamat membaca... ^^



Banyak fakta menunjukka bahwa memulai pembangunan di negara sedang berkembang itu sulit. Bahkan pada saat ada teknologi baru muncul di satu negara, teknologi tersebut lebih sering tidak dipergunakan. Seringnya teknologi itu tidak digunakan adalah karena masyarakat merasa tidak mendapat insentive apapun dari pengaplikasian teknologi tersebut. Banyak ekonom pembnagunan menyimpulkan bahwa beberapa kegagalan pasar membuat pembangunan sulit dimulai, khususnya masalah pecuniary externalities (eksternalitas yang berhubungan dengan uang, seperti efek yang merembes dari biaya atau pendapatan)



Starting Economics Development: The Big Push


Salah satu model kegagalan kordinasi adalah “big-push model”. Model ini dikembangkan oleh Paul Rosenstein-Rodan. Dia mengemukakan masalah tentang memulai industrialisasi di negara yang tidak melakukan perdagangan internasional.
Pada kasus ini, pertanyaan paling mendasar adalah siapa yang akan membeli barang output industri dari negara yang tidak berdagang. Pada saat ada satu perusahaan memproduksi barang, pegawainya bisa membeli output dengan upah yang mereka terima. Tentu saja mereka tidak akan membelanjakan semua upah mereka pada satu barang. Jika perusahaan lain yang memproduksi barang yang lain pula berdiri, para pekerja bisa mengonsumsi barang yang lebih lagi. jadi, kemampuan suatu perusahaan menerima profit, bergantung pada bukanya perusahaan lain. Pada akhirnya, kemampuan menghasilkan profit akan bergantung pada kemampuan menghasilkan profit perusahaan lain.
Seiring berjalanya waktu, perusahaan perlu meningkatkan kemampuan pegawainya dengan memberi pelatihan-pelatihan. Biaya pelatihan merupakan batas seberapa besar gaji seorang pegawai. Saat suatu perusahaan melatih pekerjanya dengan biaya yang besar, perusahaan lainya yang tidak memiliki dana untuk pelatihan itu, bisa merekrut pegawai yang sudah dilatih dengan memberikan gaji yang lebih besar dari sebelumnya. Untuk mengantisipasi hal ini, perusahaan pertama memilih tidak melatih pegawai mereka, begitu pula perusahaan lain. jika hal ini terjadi, pembangunan tidak akan terjadi.
Model big push menunjukkan bagaimana keberadaan kegagalan pasar bisa menuntun pada kebutuhan untuk merencanakan perekonomian secara keseluruhan dan mungkin kebijakan yang menuntun pada usaha untuk melaksanakan proses pembangunan yang panjang atau untuk mepercepat pembangunan. Big push tidak selalu dibutuhkan tetapi memberi gambaran tentang keadaan yang mana big push bisa diaplikasikan.

Model Grafik
Asumsi
Sebagaimana model-model lain dalam ekonomi, model big pushjuga memberikan beberapa asumsi. Ada enam asumsi dalam model big push.

1. Faktor. Asumsikan hanya ada satu faktor produksi, yaitu buruh.
2. Pembayaran faktor. Pasar buruh memiliki dua pasar. Pada sektor tradisional, upah buruh sebesar 1. Pada sektor modern, upah buruh sebesar >1.
3. Teknologi. Pada sektor tradisional, tiap pekerja menghasilkan satu barang (constant return to scale). Sektor modern memiliki increasing return of scale.
4. Permintaan domestik. Tiap barang mendapat pembagian yang sama dalam pendapatan nasional.
5. Permintaan dan penawaran internasional. Tidak ada penawaran dan permintaan internasional karena ini merupakan model ekonomi tertutup.
6. Struktur pasar. Kompetisi sempurna.
7.
Kondisi Berbagai Keseimbangan (Multiple Equilibria)
Dengan keenam asumsi tadi, bisa ditentukan kondisi seperti apa yang memerlukan big push. Keadaan awalnya adalah di dalam pasar hanya ada pengusaha sektor tradisional. Pengusaha sektor modern (memiliki teknologi, fix cost, dan increasing return) kemudian menemukan bahwa memasuki pasar tersebut akan memberi keuntungan. Keputusan itu bergantung pada dua hal, yaitu efisiensi sektor modern dan besarnya upah di sektor modern.
The Big Push




Pada kurva di atas, sektor tradisional memiliki slope sebesar satu. Sektor modern harus memiliki pegawai sebesar F untuk bisa berproduksi. Setelah itu, sektor modern memiliki slope yang lebih besar dalam berproduksi (>1). Harga sama dengan satu, sehingga pendapatan (PQ) sama dengan Q.
Pada asumsi keadaan pertama dimana kurva upah ditunjukkan oleh W1 yang lewat di bawah titik A. Dengan harga upah yang rendah seperti ini, sektor modern akan masuk pasar karena meyakini hal ini akan menguntungkan (biaya lebih rendah daripada pendapatan). Dengan asumsi, semua sektor simetris, keuntungan yang diperoleh sektor modern didapatkan juga oleh sektor lainya, maka semua sektor akan terindustrialisasi melalui dorongan mekanisme pasar. Saat permintaan tinggi, dan akan berakhir pada titik B di semua sektor. Hal ini menunjukkan bahwa, kegagalan kordinasi tidak selalu dibutuhkan, bergantung pada teknologi dan harga yang berlaku dalam perkonomian.
Jika kurva upah adalah W2, yang berada di antara titik A dan B, perusahaan sektor modern tidak akan masuk pasar jika hanya sendirian karena akan menghasilkan kerugian. Tetapi, jika semua perusahaan sektor modern memasuki tiap pasar, upah akan naik di semua pasar, dan pendapatan naik. Harga diasumsikan masih sama dengan satu. Ingat bahwa sektor tradisionalmasih eksis, dan harga di atas satu akan menguntungkan mereka. Maka dari itu, harga tidak boleh dinaikkan untuk mencegah masuknya sektor tradisional. Kemudian semua perusahaan akan berproduksi di titik B dengan semua faktor produksi yang mereka miliki. Dengan berlakunya W2, maka produksi di titik B akan menguntungkan setelah industrialisasi karena titik B berada di atas kurva W2. Para pekerja juga diuntungkan karena mereka bisa mengonsumsi lebih banyak.
Saat yang terjadi adalah W2, perekonomian memiliki multiple equilibria. Pertama, pada saat sektor modern memasuki semua pasar dan output menjadi lebih tinggi. Kedua, pada saat sektor modern tidak memasuki semua pasar sehingga output akan tetap lebih rendah. Output yang lebih besar memang lebih baik, tatapi pasar tidak serta merta memilih ke arah tersebut.
Yang terakhir adalah saat yang berlaku adalah kurva W3. Pada keadaan seperti ini, walaupun semua sektor modern memasuki semua pasar, mereka tidak akan mendapatkan untung. Keadaan ini akan membuat perekonomian tetap tradisional.
Secara garis besar, saat kurva upah berada di bawah titik A, mekanisme pasar akan mengarahkan pada industrialisasi. Jika uapah berada di atas titik A, pasar tidak akan mengarahkan pada industrialisasi. Jika upah berada di atas titik B, industrialisasi tidak akan terjadi. Tetapi, jika berada di antara A dan B, akan efisien untuk industrialisasi, tetapi pasar juga tidak akan mengarahkan begitu saja.
Saat kurva upah berada di antara A dan B, pasar akan rawan tidak mengalami industrialisasi karena kegagalan kordinasi (coordination failure). Pada kasus seperti inilah kebijakan berperan untuk memulai pembangunan ekonomi.

Kasus Lain di mana Big Push Dibutuhkan
1. Intertemporal effect. Misalnya adalah investasi yang digunakan untuk mencapai efisiensi produksi pada periode selanjutnya. Investasi pada periode pertama akan membuahkan kerugian. Keuntungan baru bisa di dapat pada periode selanjutnya. Investasi hanya akan terjadi jika memang benar-benar menguntungkan, jika periode kedua menjanjikan profit yang tinggi, investasi akan masuk. Tetapi, pasar tidak menjanjikan hal ini.
2. Efek urbanisasi. Jika industri tradisional berada di pedesaan, dan industri modern berada di kota. Orang-orang kota membutuhkan barang-brang manufaktur, maka urbanisasi harus didorong.
3. Efek infrastrutktur. Infrastruktur dapat membantu perusahaan modern mengurangi biaya mereka. Infrastruktur tidak dapat diperjualbelikan, karena berada di lokasi yang sudah tetap. Poin pentingnya adalah industrialisasi akan memperbesar ukuran pasar sehingga pembangunan infrastruktur akan menguntungkan karena digunakan sektor yang lain. Namun, mungkin saja pembangunan infrastruktur tidak memberi apapun jika kegagalan kordinasi terjadi.
4. Efek pelatihan. Pelatihan pekerja tidak akan terjadi jika perusahaan merasa pekerja yang telah mereka latih dengan biaya yang besar bisa direkrut perusahaan yang lain dengan menawari gaji yang sedikit lebih tinggi.

Why the problem cannot Be Solved by a Super-Entrepreneur
Ada beberapa alasan mengapa masalah kegagalan kordinasi tidak bisa diselesaikan satu agen saja dan membutuhkan intervensi pemerintah.
1. Kegagalan pasar modal. Satu agen akan kesulitan merakit semua modal yang ada di pasar. Kalaupun ada yang bisa, para pemberi dana tidak akan percaya pada investasi tersebut.
2. Biaya pengawasan (agency costs). Pengawasan akan menjadi sangat mahal saat perusahaan berkembang menjadi besar.
3. Kegagalan komunikasi. Banyak pihak yang ingin menjadi super-entrepreneur. Jika semua mencoba mengklaim peran tersebut, kita akan dibingungkan dengan siapa kita harus berkordinasi.
4. Keterbatasan pengetahuan. Meskipun perekonomian memiliki akses pada teknologi, tidak berarti bahwa individu akan mendapat pengetahuan untuk melakukan industrialisasi.
5. Bukti empiris. Banyak alasan diatas yang meragukan adanya super-entrepreneur. Bahkan jika hanya peran pemerintah yang berusaha menyelesaikan masalah, tiadak akan bisa hal itu terjadi. Contohnya adalah uni soviet.
Yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah kegagalan kordinasi adalah kordinasi publik itu sendiri.



Masalah Lebih Jauh tentang Berbagai Keseimbangan (Multiple Equilibria)
1. Inefficient Advantages of Incumbency. Increasing return dalam industri modern bisa menuntun pada keseimbangan yang buruk. Saat ada perusahaan modern baru dengan teknologi baru yang lebih efisien masuk pasar, keuntungannya adalah output yang besar sehingga biaya rata-rata menjadi rendah. Meskipun begitu, teknologi baru tidak akan begitu saja menggantikan perusahaan dengan tenologi yang lama. Perusahaan baru harus mulai dengan basis konsumen yang kecil dan biaya tetap yang tinggi. Jadi, perusahaan baru butuh dana talangan untuk menutupi biaya ini selagi membangun basis konsumen. Jika pasar modal tidak bekerja dengan baik, maka perekonomian akan terhenti dengan industri yang tidak efisien.
2. Perilaku dan Norma. Perpindahan ke titik keseimbangan yang lebih baik akan sulit terjadi jika itu menuntut perubahan perilaku. Bekerja sama dengan orang-orang berkepribadian oportunis, predator, bisa membuat keadaan lebih buruk. Equilibrium bisa terbentuk saat semua orang menghindari korupsi atau bisa juga saat semua orang melakukan korupsi. Maka pemerintah harus membuat kebijakan untuk mengatur lembaga-lembaga sehingga pembangunan bisa tercapai.
3. Linkages. Ada beberapa cara untuk melakukan big push dalam perekonomian. Salah satunya adalah fokus dari pemerintah untuk mendukung sektor dengan pertalian memutar atau maju (backwards or forwards linkage). Bentuknya bisa seperti subsidi atau syarat industri domestik untuk memasuki sektor kunci seperti di korea selatan. Singapura melakukanya dengan memberi insentif untuk investasi asing dan pelatihan yang maju. Selain itu dengan membentuk beberapa perusahaan negara yang menjadi pioner dalam satu sektor (untuk selanjutnya dijual). Tujuan dari pendekatan pertalian ini adalah untuk menghindarkan sektor-sektor kunci dari kegagalan kordinasi dan untuk mendapatkan umpan balik yang positif.
4. Inequality, Multiple Equilibria, dan Pertumbuhan. Hasil penelitian lain tentang pertumbuhan dan multiple equilibria adalah dampak ketimpangan terhadap pertumbuhan. Sedikit ketimpangan bisa berkontribusi baik terhadap pertumbuhan karena tabungan orang kaya lebih tinggi dibandingkan tabungan orang miskin. Jika bebarapa tabungan bisa di gunakan sebagai investasi, maka tingkat ketimpangan yang rendah akan membuat pertumbuhan tidak terlalu tinggi. Di lain pihak, jika tingkat ketimpangan terlalu tinggi, orang miskin tidak akan bisa mendapat pinjaman karena tidak memenuhi syarat.

Teori Big Push dalam Pembangunan Cina
Teori big push yang bertujuan mengatasi kegagalan kordinasi dan mengarahkan multiple equilibria pada tingkat yang membuat keadaan lebih baik. Pembangunan Cina terjadi karena adanya kebijakan-kebijakan pemerintah yang bertujuan meningkatkan perekonomiannya. Berbagai insentif diberikan ke pasar untuk menarik minat investor. Pembangunan kawasan ekonomi khusus di pesisir tenggara merupakan salah satu kebijakan pemerintah tersebut.
Pembangunan ekonomi juga perlu didukung oleh sektor non ekonomi. Pemerintah Cina melalui kebijakan dalam kesehatan, pendidikan dan tingkat pertumbuhan membuat tiga hal ini sebagai fondasi dalam pembnagunan mereka. Ketiga sekor kebijakan tersebut merupakan usaha untuk mengubah perilaku masyarakat Cina agar bisa mendukung pembangunan. Jadi, bentuk Big Push di Cina diawali oleh Deng Xiaoping. Setelah itu, Cina mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini menjadi bukti empiris yang mendukung teori Big Push.

2 komentar:

Wanda hamidah mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Dimas mengatakan...

Sangat membantu